3.
Mencukur
Alis Mata (An Namishat wal Mutanamishat)
Sebagaimana yang lain, maka An
Namishah (pencukur alis) dan Al Mutanamishah (orang yang alisnya
dicukur) juga haram dan mendapatkan laknat Allah Ta’ala.
قال الطبري: لا يجوز للمرأة تغيير شيء من خلقتها التي خلقها الله عليها بزيادة
أو نقص التماس الحسن لا للزوج ولا لغيره
“Berkata
Imam Ath Thabari: Tidak boleh bagi wanita merubah sesuatu dari bentuk yang
telah Allah ciptakan baginya, baik dengan tambahan atau pengurangan dengan
tujuan kecantikan, tidak boleh walau untuk suami dan tidak juga
untuk selain suami.” (Al Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Bari, 10/377.
Darul Fikr. Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, 8/67.
Al Maktabah As Salafiyah)
Imam Ibnu
Jarir Ath Thabari ini tidak memberikan pengecualian, bahkan seandainya wanita
memiliki kumis dan jenggot pun –menurutnya- tidak boleh dihilangkan sebab hal
itu termasuk merubah ciptaan Allah Ta’ala.
Namun,
pandangan ini ditanggapi oleh Imam An Nawawi sebagai berikut:
وَهَذَا
الْفِعْل حَرَام إِلَّا إِذَا نَبَتَتْ لِلْمَرْأَةِ لِحْيَة أَوْ شَوَارِب ،
فَلَا تَحْرُم إِزَالَتهَا ، بَلْ يُسْتَحَبّ عِنْدنَا . وَقَالَ اِبْن جَرِير :
لَا يَجُوز حَلْق لِحْيَتهَا وَلَا عَنْفَقَتهَا وَلَا شَارِبهَا ، وَلَا تَغْيِير
شَيْء مِنْ خِلْقَتهَا بِزِيَادَةِ وَلَا نَقْص . وَمَذْهَبنَا مَا قَدَّمْنَاهُ
مِنْ اِسْتِحْبَاب إِزَالَة اللِّحْيَة وَالشَّارِب وَالْعَنْفَقَة ، وَأَنَّ
النَّهْي إِنَّمَا هُوَ فِي الْحَوَاجِب وَمَا فِي أَطْرَاف الْوَجْه
“Perbuatan ini (mencukur alis dan tukang cukurnya) adalah haram,
kecuali jika tumbuh pada wanita itu jenggot atau kumis, maka tidak haram
menghilangkannya, bahkan itu dianjurkan menurut kami. Ibnu Jarir mengatakan:
“Tidak boleh mencukur jenggot, kumis dan rambut di bawah bibirnya, dan tidak
boleh pula merubah bentuknya, baik dengan penambahan atau pengurangan.” Madzhab
kami, sebagaimana yang telah kami kemukakan, menganjurkan menghilangkan
jenggot, kumis, dan rambut di bawah bibir . Sesungguhnya
larangan hanya berlaku untuk alis dan bagian tepi dari wajah.” (Al
Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/421. Mawqi’ Ruh Al Islam)
Yang benar, jenggot dan kumis bagi wanita adalah suatu keadaan yang tidak lazim
dan tidak normal. Sebab, wanita diciptakan Allah Ta’ala secara umum
tidaklah demikian. Oleh karena itu, mencukur keduanya bukanlah termasuk
kategori merubah ciptaan Allah Ta’ala, melainkan menjadikannya sebagaimana
wanita ciptaan Allah Ta’ala lainnya. Maka, pendapat yang menyatakan bolehnya
mencukur kumis dan jenggot bagi wanita adalah pendapat yang lebih kuat.
Ada pun mencukur bagian alis yang tumbuhnya tidak kompak dibagian
sudut-sudutnya saja. Maka para ulama berbeda pendapat. Imam Ahmad membolehkan
dengan syarat itu bertujuan menyenangkan suami. Namun, yang benar adalah tidak
boleh sebagaimana larangan tegas dalam hadits tersebut yang tidak membedakan
antara mencukur sedikit atau banyak walau pun bertujuan menyenangkan hati
suami. Hal ini juga dikuatkan oleh kaidah bahwa niat yang baik (seperti menyenangkan
hati suami) tidaklah merubah sesuatu yang haram. Sebagaimana seorang penjudi
berniat menyumbang masjid, maka tidaklah merubah judinya menjadi halal.
4.
Mengkikir
Gigi (Al Mutafalijah)
Sebagaimana yang lain pula, hal ini
juga diharamkan. Sebagaimana penjelasan para ulama. Hanya saja diberi
keringanan bagi yang berpenyakit, atau jika mengganggu aktiitas mengunyah.
Berkata Imam Ath Thabari Rahimahullah:
ويستثنى من ذلك ما يحصل به الضرر والأذية كمن يكون لها سن زائدة أو طويلة
تعيقها في الأكل
“Dikecualikan dari hal itu, yakni
apa-apa yang bisa mendatangkan bahaya dan gangguan seperti wanita yang memiliki
gigi yang lebih atau kepanjangan (tonggos) yang dapat menghalanginya ketika
makan.” (Al Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Bari, 10/377. Darul Fikr)
Maka, aktifitas memperbaiki gigi
seperti menambal, memasang kawat gigi dan gigi palsu, tidaklah termasuk mutafallijah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar