Sabtu, 24 November 2012

Jangan Meratapi Pengalaman Buruk

*Tidak ada sikap yang lebih buruk dari meratapi masa lalu yang buruk.*

Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa Sallam tidak meratapi kejadian waktu beliau dilempari batu dan kotoran oleh orang-orang kafir saat awal berdakwah. Beliau tidak pernah tenggelam dalam kesedihan panjang saat terluka berdarah-darah sepulang dari perang uhud.
Nabi Musa 'Alaihissalam tidak meratapi ketika harus diusir oleh Fir'aun dari Mesir. Nabi Yusuf 'Alaihissalam tidak tinggal dalam ratapan panjang saat ia dimasukkan ke dalam penjara. Sayyid Quthb tidak meratapi dirinya dalam bui, bahkan ia menikmati masa-masa menulis tafsir "Fi Zhilalil Qur'an" dalam bui hingga ajal menjemputnya.

#Muhassabah :)
*Diambil dari buku "La Tahzan Untuk Penanti Jodoh-Abu Faiz Ramadhan dan Ummu Nafisa*

Senin, 19 November 2012

Aku Heran dengan Pria yang Menginginkan Wanita Sholehah


Aku heran dengan pria yang menginginkan wanita sholehah
Tetapi dia mendatanginya, menyentuhnya, memacarinya
Menggodanya, merayunya, memeluknya dan bahkan berdua-dua dengannya
Akhirnya wanita itu senang dan pria yang menginginkan wanita sholehah tadi juga senang
Senang karena nafsu, senang karena puas baik pria itu maupun wanita yang tadinya sholehah itu

Aku heran dengan pria yang menginginkan wanita sholehah
Tetapi dia berkata dia mencintai wanita itu melebihi segalanya bahkan Allah juga
Dia berkata dia merindukan wanita itu melebihi segalanya bahkan Allah juga
Dia berkata wanita itulah yang menjadi dambaannya,
Dia bilanag dia mencintainya karena Allah, Allah yang mana?
Apakah pria itu membandingkan wanita itu dengan Allahnya dan
Allahnya kalah?? Naudzu billah
Lalu apa?
Wanita itu senang, dia terkulai, dia terjatuh dan dia merindu dan merindu
Wanita yang tadinya sholehah,,,


Lalu aku mau tanya?
Apa benar pria itu menginginkan wanita Sholehah?
Yang jika awalnya wanita itu ada memang Sholehah maka rusaklah Sholehahnya karena jatuh dipelukan pria itu
Jika wanita itu kurang Sholehah maka bertambahlah buruknya
Sekarang? Apa benar pria itu menginginkan wanita Sholehah
Yang berkata akan menjadi Imam yang baik, tetapi
Diakah Imam atau Setan dari golongan manusia
Karena mampu mengubah wanita itu
Menjual agama dengan Syahwat

Akupun bisa khilaf, bisa lebih parah
tetapi aku ingin berkata seperti ini
Hanya Allahlah Pelindungku

Source :  http://zairifblog.blogspot.com/2012/11/aku-heran-d...
TTd:
Zairif Hutabarat

Sabtu, 17 November 2012

NIKAH ALA AKTIFIS DAKWAH


Bismillah

Beberapa hari lalu saya mendapati sebuah status FB yang lucu. Seorang teman bicara tentang model pernikahan aktifis dakwah dengan bahasa yang ambigu. Mungkin sebagian orang langsung paham apa yang ia bicarakan. Tetapi tidak untuk  kali ini :D ini petikan obrolan mereka. saya ambilkan secuil saja.
Image
Hehe, ini lg ngobrolin aisyah, mas. bukan maisyah :P
Menikah, bukan perkara ringan. Ia bukan hanya menjadi kebutuhan. Bagi aktifis dakwah, menikah adalah wasilah/cara untuk menaiki tangga kedua dari tahapan amal (marotibul amal) : takwin baitul muslim (membina rumah tangga muslim). Mereka tidak mengenal istilah pacaran. Mereka percaya bahwa kebarokahan sebuah pernikahan bisa dicapai -salahsatunya- dengan menjaga proses pernikahan itu. Mulai dari perkenalan, hingga selesai terselenggaranya walimatul ‘urs. Lalu, apa hubungannya dengan jalur negeri dan jalur swasta??
Beberapa kalangan aktifis dakwah di sudut Kota Jogja biasa membicarakannya dengan isyarat tangan seperti ini. eheheh, ada-ada saja ya (dasar yg nulis juga lagi kurang kerjaan nih)
Image
Isyarat 1 : Tangan menunjuk pada bagian jari manis, seolah-olah ada cincin yang melingkar disana.
Inilah yang disebut Jalur Swasta. Seorang aktifis dakwah tiba-tiba datang kepada ustadznya dan berkata, “ustadz, mohon doa, ahad depan saya menikah”. Ustadz/guru ngajinya tidak dilibatkan dalam proses perkenalan hingga persiapan walimah. si ustadz tidak tau menahu perihal akhwat yang hendak dinikahinya. Mungkin ia meminta bantuan adik, kakak, orang tua, atau teman, saat proses ta’aruf dan khitbah berlangsung.
Isyarat 2 : menunjuk sesuatu. bahasa jawanya : ngecim.
Si ikhwan jatuh hati pada seorang akhwat. Yang umum terjadi sih si akhwat adalah seseorang yang telah dikenal sebelumnya. Mungkin satu kelas, satu amanah, temen SMA, temen SMP, tetanggaan, dll. Lalu ia berniat menikahinya. Ia akan bilang pada ustadznya, “ya ustadz, saya hendak menikahi fulanah. ini proposal saya. mohon nasihat dan bantuannya”. Ya, si ikhwan bikin proposal yang isinya deskripsi lengkap tentang dirinya. Saya menyebutnya, Jalur Semi Negeri. Sang ustadz dilibatkan dalam proses ta’aruf hingga khitbah. Beliau akan melacak siapa guru ngaji si akhwat yang dimaksud, dan mengutarakan maksud si ikhwan kepada guru ngaji si akhwat.
Isyarat 3 : isyarat mempersilahkan. biasanya orang jogja melakukan isyarat tangan seperti itu sambil berkata, monggo..
Yang terakhir ini yang disebut Jalur Negeri. Si ikhwan akan menyerahkan proposal nikah pada ustadznya, dan sang ustadz akan mencarikan jodoh, sesuai dengan kriteria yang tertulis dalam proposal itu. Di kota jogja, cara ini lebih seru lagi. karena ada lembaga yang akan menangangi proposal aktivis2 dakwah dengan profesional :D Tak jarang seorang ikhwan akan dipertemukan dengan akhwat yang sama sekali belum pernah dikenalnya. Kalo kata saya, inilah cara mereka untuk menjaga niat tulus menikah karena Allah, bukan karena kecenderungan ansih. ohh, so sweeet..
Emangnya bakal jadi masalah ya kalo nikahnya jalur swasta?
Kalo kata saya mah, disatu sisi jadi masalah, tapi di sisi lain menyelesaikan masalah. Kan ga mungkin tuh kalo setiap ustadz/murobbi kudu nyariin jodoh buat mutarobi/santrinya.. iya kalo ustadznya udah dapet jodoh. kalo belum? hehe. maybe ga bakalan nyebet nyari jodoh sendiri kalo ustadznya cepet nyariin jodohnya. nha kalo lama?? hohoho. Di sisi ini, jalur swasta menjadi jalan keluar. Lalu apa masalahnya?
Sebuah tembok bisa berdiri kokoh kalo batu batanya disusun rapi. Air, semen, pasir, dicampur dengan komposisi yang pas. Kesemuanya akan menjadi solid jika setiap komponen ikhlas untuk dirapikan. Demikian pula dengan jamaah. Menurut saya wajar, kalo tiba2 ada yang kaget atau merasa kecewa kalo mendapati kawan seperjuangannya atau mutarobbinya tiba2 memberi undangan pernikahan, sedang ia tak pernah dilibatkan dalam hal apapun. Saya balik pernyataan status di atas : kita kan satu tubuh, akhi. mengapa kita tidak dilibatkan untuk hari kebahagiaanmu? Oh, pasti tersayatlah hati sang Murobbi..
Apa solusinya? K.O.M.U.N.I.K.A.S.I. Sejak awal, harus dibangun komunikasi yang baik antara murobbi dengan mutarobi. Jika kedekatan sudah ada diantara keduanya, pasti enak mau membahas apapun.
Mbahas beginian pasti bakal panjang. panjang kali lebar jadinya luas. sementara ilmu saya masih terbatas. semoga yang saya tulis ini ada manfaatnya. Wallahu’alam bish showaf

di Copas dari :

http://maisyaroh.wordpress.com/2012/05/19/nikah-ala-aktifis-dakwah-54/

Senin, 05 November 2012

Ketika Aku Ingin Menikah


Wahai Rabb semesta alam,
Ku ingin menikah atas perintahMu,
Sungguh ku sangat khawatir tak mampu menjalankan perintahMu
Tak berpijak nafsu atau kepentinganku, tapi tuk harap ridhaMu
Wahai Maha Penggerak hati,
Izinkanlah hati ini tunduk dalam biduk cinta keshalihan
Terpatri ikrar Ilahiyah dan tauhid
Jangan kau biarkan hatiku keras membatu karena nafsu
Terombang ambing atas cinta, harapan fana nan semu
Kini hatiku gelisah tak menentu ya Rabb
Air mata seolah tak terbendung karena khawatir akan fitnah
Takut akan kehancuran pribadiku karena godaan setan mengusik sepanjang waktu
Iman ini mulai rapuh dan ragu pada janjiMu
Ku sadari ya Rabb, saat ini pernikahan adalah ujian terbesarku
Orientasi dan kecintaan pada diriMu kini kau uji
Kau suguhkan harta, tahta, dan paras menarik semata
Ya Rabb lindungi dan mampukan diriku, untuk lolos ujianMu
Jangan gagalkan aku memperoleh ridhaMu ya Rabb
Kusadari begitu banyak pejuang yang gagal dalam ujian ini
Terbelenggu oleh duniawi dan kebahagiaan sesaat
Terjebak oleh nafsu dan romantika keruh
Melepaskan perjuangan hingga hilang hanyut dalam kenistaan cinta yang fana
Banyak cinta yang datang menghampiri dan aku resah ya Rabb
Ketika itu tak lahir dari syariatMu
Bukan dalam kerangka iman dan Islam
Bukan untukMu tapi hanya untukku
Ya Rabb, hanya padaMu aku berkesah
Karena hanya padaMu aku berlindung dan memohon
Tunjukilah jalan yang lurus dan benar ya Rabb
Jalan yang kau ridhai bukan jalan yang kau celakakan
Mampukan aku memenuhi perintahMu untuk menikah
Hindarkan dari kehancuran dan kehinaan
Kokohkan niat untuk melangkah dalam kesucian
Luluskan dalam menghadapi ujianMu…
Demi Allah aku menikah…
Laa illaha illallah Muhammadarrasulullah…

Oleh : Hadi Susanto


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/06/20854/ketika-aku-ingin-menikah/#ixzz2BMYrMPc0